Jangan malu berhijab besar sesuai syari'at!!

"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Memilih Untuk Memantaskan Diri

Aku hanya bisa berdoa kepada-Nya agar senantiasa diberikan kesabaran, kalaulah memang Allah meridhoi untuk kami berjodoh makan suatu saat nanti kami akan dipertemukan dalam keadaan yang lebih pantas.

AKU PERNAH ALAY sampai akhirnya dapat HIDAYAH dan BERHIJRAH.

Berawal dari memulai perjalanan menjadi alay. Saat itu sedang booming-boomingnya main facebook di seusia saya , mmmm.. atau hanya saya saja yg merasa ? hihi..Saya selalu tak ketinggalan waktu untuk meng-update apapun yang terlintas di kepala saya.Sampai ada salah satu teman facebook saya yang berkomentar seperti ini :” situ ga ada kerjaan ya ? Tiap menit , jam , hari , bikin status mulu ..

Hijrah Kepada Allah dan Rasul-Nya

Di dalam Risalah Tabukiyah, Imam Ibnul Qoyyim membagi hijrah menjadi 2 macam. Pertama, hijrah dengan hati menuju Alloh dan Rosul-Nya. Hijrah ini hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap orang

Makna Hijrah yang Kekinian

seorang Muslim harus bersikap profesional. Hijrah menjadi momen untuk selalu meningkatkan profesionalisme Muslim, baik dalam beribadah maupun bekerja. “Kita harus terus improve untuk bisa melakukan kebaikan,”

Minggu, 21 Februari 2016

Makna Hijrah yang Kekinian


Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ma’ruf Amin mengingatkan konsep makna  hijrah bukan sekadar pindah yang dikaitkan dengan peristiwa pindahnya Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dari Makkah ke Madinah.

“Saat ini masyarakat perlu mengejawantahkan hijrah dalam konteks yang lebih luas. Makna hijrah dapat diimplementasikan dalam berbagai konteks kehidupan,” jelas Kiai Ma’ruf, Rabu (14/10).
Pada dasarnya, imuh Kiai Ma’ruf, hijrah bermakna perpindahan atau perubahan dari satu situasi kepada situasi lain yang lebih baik. Dalam level individu, hijrah juga dapat bermakna perubahan dari satu perilaku menuju perilaku yang lebih baik. Hijrah juga dapat terjadi pada level yang lebih tinggi, yaitu dari satu sistem ke sistem yang lebih baik.

Dalam penerapannya, Kiai Ma’ruf menyatakan, umat Islam saat ini perlu melakukan perpindahan situasi dari masyarakat yang lebih menjadi umat yang lebih kuat.
“Kita kan umat Islam ini besar jumlah kecil peran. Kita harus membuat umat islam ini tidak hanya besar jumlahnya tapi juga besar perannya,” kata dia.

Upaya-upaya pemberdayaan dan penguatan umat perlu dilakukan untuk dapat mewujudkan umat Islam yang kuat. Ia mengatakan, tahun baru ini harus menajdi tombak untuk melakukan perubahan yang berkelanjutan.

Ketua Dewan Pembina Ikatan Kerohanian Islam Kota Bekasi Adrian Damora menggarisbawahi pentingnya hijrah agar tidak hanya dilakukan pada momen-momen tertentu saja. Hijrah di masa sekarang harus dilakukan secara kontinyu. Ketika merasa ada penurunan baik dari segi keimanan, seorang Muslim wajib untuk berhijrah.

Menurut Adrian, seorang Muslim harus bersikap profesional. Hijrah menjadi momen untuk selalu meningkatkan profesionalisme Muslim, baik dalam beribadah maupun bekerja. “Kita harus terus improve untuk bisa melakukan kebaikan,” kata dia.

Hijrah Kepada Allah dan Rasul-Nya



Di dalam Risalah Tabukiyah, Imam Ibnul Qoyyim membagi hijrah menjadi 2 macam. Pertama, hijrah dengan hati menuju Alloh dan Rosul-Nya. Hijrah ini hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap orang di setiap waktu. Macam yang kedua yaitu hijrah dengan badan dari negeri kafir menuju negeri Islam. Diantara kedua macam hijrah ini hijrah dengan hati kepada Alloh dan Rosul-Nya adalah yang paling pokok.

Hijrah Dengan Hati Kepada Alloh

Alloh berfirman, “Maka segeralah (berlari) kembali mentaati Alloh.” (Adz Dzariyaat: 50)
Inti hijrah kepada Alloh ialah dengan meninggalkan apa yang dibenci Alloh menuju apa yang dicintai-Nya. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim ialah orang yang kaum muslimin lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan seorang muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Alloh.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hijrah ini meliputi ‘dari’ dan ‘menuju’: Dari kecintaan kepada selain Alloh menuju kecintaan kepada-Nya, dari peribadahan kepada selain-Nya menuju peribadahan kepada-Nya, dari takut kepada selain Alloh menuju takut kepada-Nya. Dari berharap kepada selain Alloh menuju berharap kepada-Nya. Dari tawakal kepada selain Alloh menuju tawakal kepada-Nya. Dari berdo’a kepada selain Alloh menuju berdo’a kepada-Nya. Dari tunduk kepada selain Alloh menuju tunduk kepada-Nya. Inilah makna Alloh, “Maka segeralah kembali pada Alloh.” (Adz Dzariyaat: 50). Hijrah ini merupakan tuntutan syahadat Laa ilaha illalloh.

Hijrah Dengan Hati Kepada Rosululloh

Alloh berfirman, “Maka demi Robbmu (pada hakikatnya) mereka tidak beriman hingga mereka menjadikanmu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan di dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An Nisaa’: 65)
Hijrah ini sangat berat. Orang yang menitinya dianggap orang yang asing diantara manusia sendirian walaupun tetangganya banyak. Dia meninggalkan seluruh pendapat manusia dan menjadikan Rosululloh sebagai hakim di dalam segala perkara yang diperselisihkan dalam seluruh perkara agama. Hijrah ini merupakan tuntutan syahadat Muhammad Rosululloh.
Pilihan Alloh dan Rosul-Nya itulah satu-satunya pilihan
Alloh berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al Ahzab: 36)
Dengan demikian seorang muslim yang menginginkan kecintaan Alloh dan Rosul-Nya tidak ragu-ragu bahkan merasa mantap meninggalkan segala perkara yang melalaikan dirinya dari mengingat Alloh. Dia rela meninggalkan pendapat kebanyakan manusia yang menyelisihi ketetapan Alloh dan Rosul-Nya walaupun harus dikucilkan manusia.
Seorang ulama’ salaf berkata, “Ikutilah jalan-jalan petunjuk dan janganlah sedih karena sedikitnya pengikutnya. Dan jauhilah jalan-jalan kesesatan dan janganlah gentar karena banyaknya orang-orang binasa (yang mengikuti mereka).

Sumber : (Disadur dari majalah As Sunnah edisi 11/VI/1423 H)

Jangan Takut Berproses



Ada begitu banyak hati yang inginkan perubahan, namun takut adanya proses. Kaki yang inginkan melangkah, namun takut tak sampai pada tujuan. Fikiran yang merasa tak pantas menjadi lebih baik, sebab merasa diri diliputi akan banyaknya dosa.

Ketahuilah.....
Hatimu itu milik Allah, minta pada pemiliknya, agar dikuatkan untuk berproses dijalannya. Tak ada yang mustahil bagi Allah, jika si pendosa meminta ampun kepada-Nya, apa sulitnya bagi dia untuk mengampuni ? jika kamu mempunyai masalah yang buruk, yakinlah bahwa masih punya kesempatan untuk menjadikan masa depanmu indah.
Percayalah kepada Allah, berharaplah kepada-Nya melalui do’a dan usaha. Sekalipun hati kita terasa remuk. Percayalah, Allah sedang menguji kita. Sekalipun banyak perkara yang sukar diterima. Percayalah, Allah ada bersama orang yang sabar serta orang yang berproses dijalannya.
Berproses memang sulit. Namun, setelah proses istiqomah untuk mempertahankannya jauh lebih sulit. Akan merasakan bagaimana naik turunnya iman manusia.

Sadarlah.....
Perjalanan ini Allah jadikan tidaklah sia-sia. Dari perjalanan inilah dapat belajar tentang namanya “Hikmah”. Perjalanan ini bukannya kebetulan, tetapi sebuah perjalanan yang dipandu oleh Allah. Sadarlah, bahwa Allah lah penulis skenario hidup kita.
Percayalah, kelak nanti tangis yang akan membasahi pipimu dan yang nantinya akan berubah menjadi senyuman manis dibibir indahmu. Percayalah, teruslah menuju jalan-Nya demi menggapai ridha-Nya.

Sumber : Line Dakwah Muslimah

Jumat, 19 Februari 2016

Hartamu adalah Akhlakmu





Dalam hidup ada banyak sekali masalah setiap harinya, mulai dari masalah pekerjaan, masalah rumah, masalah teman, dan juga masalah hidup lainnya. Ketika kita menghadapi masalah satu yang terselesaikan masalah kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya siap menghampiri.

Semua masalah itu terkadang membuat kita lupa bahwa masalah terbesar yang  kita punya adalah “IMAN” kita. Yang masih belum tegak berdiri mengistiqomahkan diri, yang masih rapuh dalam taat dan patuh, yang masih goyah diterpa angin fitnah, yang masih lemah dihantam ujian dan amanah.

YaRabb….
Kuatkan iman kami, kokohkanlah agama kami
dalam ibadah juga mengabdi agar senantiasa meng-istiqomahkan diri.
Dalam taat pada titah-Mu
Dalam giat dalam ibadah pada-Mu
Dalam menjauhkan diri dari maksiat pada-Mu
Amin Amin Ya Rabbal alamin….

Karena sesungguhnya emas seorang muslimah adalah agamamu
Perhiasanmu adalah budi pekertimu
Mahkotamu adalah auratmu
Dan hartamu adalah akhlakmu