Laksana musafir yang singgah sejenak di suatu tempat, sekedar untuk
beristirahat dan mengumpulkan bekal, lalu melanjutkan perjalanannya
kembali hingga sampai ke tempat tujuannya. Demikianlah hakikat kehidupan
manusia di muka bumi ini, bahwa setiap kita hakikatnya adalah musafir
yang sedang berjalan menuju kampung kita yang sejati, yaitu negeri
akhirat yang kekal.
Maka sudah sepantasnya kita mempersiapkan diri dan berbekal dengan
ketakwaan untuk kehidupan kita yang sesungguhnya, yaitu kehidupan yang
tidak ada kematian lagi setelahnya, yang ada hanyalah kebahagian
selama-lamanya ataukah sebaliknya: adzab yang panjang.
Namun sudah menjadi tabiat manusia tergelincir dalam dosa, padahal
tidaklah manusia itu diciptakan kecuali semata-mata untuk beribadah
kepada Allah Ta’ala, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Maka tatkala seseorang tergelincir ke dalam lembah kenistaan, hendaklah
ia segera kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala, meninggalkan
kesalahannya dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut di
masa datang. Inilah suatu amalan besar yang dinamakan dengan taubat.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar